Tahapan Seleksi Program Journalist Development Program Metro TV

Hi, apa kabar teman-teman? Di postingan kali ini aku mau menjawab pertanyaan banyak followers aku di IG @nadiaatmaji tentang cara menjadi reporter. Karena aku alumni Metro TV, maka aku akan berbagi cara menjadi reporter dalam program Journalist Development Program Metro TV.

Syarat Pendidikan. Mungkin kalian bertanya-tanya, apakah untuk menjadi reporter harus mempunyai latar belakang pendidikan di bidang media dan komunikasi? Jawabannya tidak. Semua orang dari berbagai jurusan dan fakultas kuliah bisa menjadi jurnalis. Hal ini menurut pribadi saya, justru memperkaya sudut pandang peliputan. Saya sebagai mahasiswa lulusan fakultas hukum pun akhirnya meyakinkan diri saya untuk mengikuti jejak Najwa Shihab, seorang news anchor yang juga lulusan hukum UI.

Kirim CV dan Cover Letter. Aku mengikuti semua tahapan seleksi program Journalist Development Program Metro TV lewat jalur konvensional. Tidak lewat magang, ataupun lewat koneksi orang dalam. Saya juga hanya melamar di Metro TV. Tidak di saluran TV lain. Nekat juga, ya? Saya berprinsip, saya cuma mau beralih profesi dari hukum, kalau di Metro TV saja.

Maka, aku mencari tahu dari website Metro TV dan ketika ada job vacancy, aku langsung mengunggah CV dan cover letter. Tips-nya, kamu bisa menonjolkan kemampuan berorganisasi kamu dan hobi kamu di bidang media dan komunikasi. Saat itu aku menekankan kalau aku suka public speaking, sering jadi moderator dan MC, suka berinteraksi dengan banyak orang saat volunteering menjadi guru bahasa Inggris di Turki, dan lainnya.

Screening Tes Berjenjang. Setelah mengirim CV itu, aku dipanggil ke kantor Metro TV untuk melakukan psikotes. Ketika tiba di kantor, ternyata tes-nya tidak hanya psikotes, tapi juga focus group discussion dan wawancara user/tim redaksi berita, dan tes oncam pertama. Psikotes yang dilakukan pun cukup banyak tahapnya. Begitu selesai tahap pertama, langsung ada sistem gugur. Pelaksanaan tes dari pagi sampai sore cukup melelahkan. Setelah lolos sampai tahap terakhir, kami diminta pulang dan menunggu pengumuman selanjutnya.

Tes Oncam. HRD Metro TV kemudian menelpon kembali untuk pelaksanaan tes tahap akhir yaitu tes wawancara akhir dengan Kepala HRD dan tes oncam lagi. Disini aku lebih mempersiapkan diri dibandingkan tes sebelumnya. Maka selain konten yang ciamik, aku menggunakan make up lebih tebal, memulas eye shadow dan foundation.

Pengumuman Final. Tak disangka, make up lah justru yang membuatku belum lolos di tes terakhir. Namun pihak Metro TV memberikan kesempatan padaku untuk di make over terlebih dahulu dan kembali melakukan tes oncam. Jujur saja awalnya aku tidak berharap banyak. Setelah itu aku dan sahabatku @humairabalqis main dulu ke Senayan City. Tak disangka, ternyata aku dinyatakan lolos.

Menjalani Journalist Development Program. Disini aku bertemu dengan teman-teman dari berbagai latar belakang. Ada Eva Wondo yang sebelumnya sudah berpengalaman menjadi news anchor di Kompas TV Semarang, Humaira Balqis yang juga teman kuliah FHUI seangkatanku, Gadis Bianca yang merupakan lulusan Sastra Indonesia FIB UI, Triya Nisya dari Sastra Jerman FIB UI, Wilson Purba dari Komunikasi FISIP UI, Debora Setiawan dan Klemensia Michella mereka sebelumnya sudah magang di Metro TV.

Journalist Dvelopment Program Metro TV Batch 12 bersama pelatih

Bersama-sama selama beberapa bulan kami mendapatkan pelatihan dasar-dasar jurnalistik secara umum maupun televisi secara khusus. Kami sebagai fresh graduate mendapat ilmu mengenai membuat naskah, teknik mengambil video yang profesional untuk kebutuhan broadcasting, sampai olah vokal dan make up.

JDP 12 Metro TV bersama jurnalis senior Media Indonesia Saur Hutabarat dan Putra Nababan (Pemimpin Redaksi Metro TV 2012-2016)

Untuk memperlancar oncam kami, anggota JDP harus merekam oncam pagi, bercerita pengalaman perjalanan ke kantor, dan oncam sore bercerita tentang rangkuman pelajaran saat training. Setelah beberapa minggu berlatih, kami diminta untuk liputan kejadian di sekitar kantor, lalu meliput di tempat umum seperti pasar, dan pusat perbelanjaan lainnya.

Di akhir, kami diberikan kebebasan untuk meliput apapun selama dua minggu keliling Jawa. Kami dibagi dalam pasangan, diberi pinjaman kamera dan tripod serta laptop, lalu menentukan itinerary peliputan sendiri. Aku dan Balqis secara bergantian menjadi reporter, camera person, editor dan dubber. Waktu itu aku ingat, perjalanan kami dimulai dari Ujung Genteng di barat, lalu ke timur Jawa sampai ke Solo. Beberapa titik dikunjungi seperti Purworejo, Kebumen, Magelang, dan lainnya.

Setelah program selesai, kami ditempatkan di redaksi untuk mempelajari proses produksi berita di dalam newsroom. Beberapa bulan berselang, barulah kami dipercaya untuk meliput sendiri di lapangan bersama dengan tim utama yaitu seorang camera person dan driver.

Secara umum, program Journalist Development ini sangat bermanfaat untuk jurnalis muda yang tidak punya pengalaman jurnalistik sebelumnya. Ini menjadi bekal awal untuk menjadi jurnalis yang kritis dan berintegritas. Kenyataannya, banyak dinamika di lapangan yang membutuhkan kepemimpinan dan adaptasi yang cepat. Selain itu, teman-teman di JDP Metro TV menjadi support system yang saling menguatkan di tengah berbagai tekanan.

Tonton video pengalaman pelatihan reporter Journalist Development Program (JDP 12) Metro TV
Birthday Surprise 6 Maret 2015. Terima kasih teman-teman 🙂

Itulah tadi tahapan seleksi dan training JDP 12 Metro TV. Namun secara umum, yang saya amati, tiap stasiun televisi mempunyai tahapan tes yang kurang lebih sama. Jika berminat menjadi repoter televisi, selain konten yang kuat, tak kalah penting, harus mempersiapkan penampilan yang rapi juga ya! Jika kamu mempunyai kemampuan video journalism, tentu ini adalah nilai plus, karena di era digital ini semua serba cepat. Semakin cepat akan semakin baik bersaing dengan media digital yang tidak membutuhkan banyak perlengkapan seperti TV untuk menayangkan berita.

Semoga informasi ini bermanfaat untuk kalian yang sedang berusaha menjadi repoter televisi.

Contact me for collaboration:


Comments

Leave a comment