Melahirkan secara pervaginam atau normal adalah keinginanku dan suami sejak menikah. Selain karena banyak hal positif untuk bayi dan ibu, alasan sebetulnya adalah karena lahiran alami jauh lebih ramah di kocek. Hehe. Maka, sejak awal kami pindah dari satu dokter ke dokter yang lain untuk memastikan dokter kami benar-benar pro normal. Setelah gonta ganti dokter, di usia kehamilan 4 bulan kami mantap dengan pilihan kami yaitu seorang dokter di RS Brawijaya Antasari.
Tapi akhirnya Ayana lahirannya di Klinik Tembuni, bukan di RS Brawijaya. Hah? Klinik? Iya, klinik. Ayana lahir pada minggu ke 40 plus 6 hari dia di perut. Lewat HPL (hari perkiraan lahir) dong? Iya. Galau nggak waktu itu? Iya juga! :”) haha. Tapi alhamdulillah pada akhirnya bisa lahiran alami sesuai rencana awal. Serunya lagi, kontraksinya di rumah! Begitu sampe Klinik Tembuni (Tembuni Birth Center), aku udah bukaan 10. Hahaha! Sekarang si bisa ketawa, padahal pas hari itu hampir aja Ayana lahir di mobil, deg2an minta ampun. 😆
Ok kuceritain satu-satu ya.
1. Lahir lewat HPL
Jadi sejak usia kehamilan 16 minggu sampai 38 minggu kami selalu kontrol di RS Brawijaya. Nah saat week 38 itu aku kontrol kehamilan ke dokter, ternyata kepala Ayana masih belum engage ke panggulku. Jadi posisi kepala Ayana udah di bawah tapi masih ngambang, belum kontak dengan panggul yang menjadi awal jalan keluar. Dokter bilang, ada kemungkinan bakal diinduksi kalau belum ada tanda tanda kontraksi jelang HPL. Alasannya demi keamanan dan kesehatan bayi. Khawatirnya, kondisi ketuban tidak baik dan hijau.
Aku yang masih optimis lahiran normal, tetap semangat dengan fakta tersebut. Aku tetap main gymball dan power walk. Sayangnya H-1 HPL belum juga ada tanda-tanda kontraksi nih. Padahal upaya induksi alami lain sudah dijalankan seperti makan nanas, ngepel, berhubungan, bahkan PIJIT PERINIUM yang lebih kayak penyiksaan daripada pijit wqwq (secara pijit kan harusnya enak ya). Googling aja deh apa itu pijit perinium haha.
Karena takut banget bakal diinduksi kalau balik ke RS Brawijaya, akhirnya di hari Kamis (week 40 lewat 4 hari) aku cari second opinion dari dokter di sebuah RS di bilangan Jakarta Utara. Pas cek USG, dokter mengatakan posisi Ayana bukannya makin optimal untuk lahiran normal, tapi malah melintang… Ia dengan gamblang menyatakan, “sulit ini untuk lahiran normal, segera saja rencanakan caesar agar tidak in cito atau caesar tiba-tiba.”
Dia yakin begitu karena USG didukung juga sama CTG. Dari CTG ketauan posisi jantung Ayana itu bukan di posisi optimal. Tapi berita baiknya, kondisi ketuban masih bagus dan bisa ditunggu sampai seminggu ke depan. Begitu pulang dari dokter aku mewek.
Aku pun curhat ke Mbak Yeni, temenku yang udah lahiran duluan beberapa bulan sebelumnya. Ia melahirkan di week 39. Dari Mbak Yeni, aku direkomendasikan nonton video IGTV nya Bidan Yesie @bidankita tentang HPL. Kata Bidan Yesie, HPL itu bukan Hari Pasti Lahir atau Hari Paksa Lahir. So gaperlu galau.
Selain curhat ke Mbak Yeni aku teringat cerita lahiran temenku di Metro TV yang lahiran 41 week 3 hari namanya Mbak Wieke. Katanya dia lahiran di Klinik Tembuni dengan dr. Ridwan yang terkenal pro lahiran alami sekaligus owner klinik baru tersebut.
Setelah nanya-nanya ke Mbak Wieke, aku dikasih slot kontrolnya Mbak Wieke ke dokter Ridwan. Dokter Ridwan itu pro normal banget dan terkenal banget, jadi antriannya luar biasa banget juga! Padahal itu jadwalnya Mbak Wieke kontrol jahitan. Huhu makasih mbak! Kalo pake jalur normal mah gak bakal dapet antrian. Biasanya untuk bisa dapat antrian, harus book H-sebulan!
Aku ke Klinik Tembuni sama ibuk. Jujur gak nyangka sih ini kayak rumah hihi. Setelah nunggu 3 jam-an, begitu masuk ruangan, aku langsung curhat ke dokter Ridwan kalau aku udah lewat HPL 4 hari ke dokter. Dokter langsung mengarahkan untuk cek USG, cek dalam, dan apa katanya? “Ini mah sudah siap meluncur. Tunggu aja. Posisinya sudah optimal,” aku menjawab “Serius dok? Ketuban gimana dok?” “Ketuban aman, masih 14. Batasnya 8.”
“Jadi dokter optimis saya bisa lahiran normal?” “Emang ada muka saya ga optimis?” Aku hanya bisa mengucap alhamdulillah… Ini dokter emang pro normal banget deh. Sebelum keluar ruangan, dokter memberi pesan ke ibuku, “Bu di-support ya, anaknya ini galau” hmm dokter cenayang juga nih bisa baca gelagatku wkwk. Nyampe rumah, aku langsung jungkir balik! Hah maksudnya? Iyaa supaya posisi Ayana makin optimal di dalam perut.
2. Kontraksi di rumah
Habis kontrol dari dokter, aku banyak doa dan melakukan posisi yoga seperti knee chest position, forward leaning inversion, cat and cow. Posisi ini bisa membuat ruang rahim menjadi lebih luas dan bayi bisa bergerak leluasa. Aku juga power walk, rebozo, main gym ball, semua deh! Aku dan Mas Bisma sambil afirmasi ke bayi agar dia keluar di kala weekend. Pasalnya rumah kami di Depok dan Klinik Tembuni di Kemang. Jauh men! Ngeri kan kalo macet.. Jadi weekend aja ya nak, kalo nggak weekend ya malam aja. Hehe.
Keesokan harinya di hari Sabtu belum juga ada kontraksi. Hmm.. Minggu pagi pun masih baik baik aja. Maka aku memutuskan tetap power walk sepeeti biasa (tentunya dengan masker @mainadcollection). Nah barulah saat power walk mulai terasa sesuatu yang beda.
Biasanya perutku cuma kenceng aja alias kontraksi palsu Braxton Hicks. Ini mah gak perlu diwaspadai, ceunah. Nah pas jalan pagi di hari Minggu itu beda, sakitnya kayak nyeri pas lagi menstruasi gitu. Lebih intens tapi masih bearable menurutku.
Aku pun mulai merekam durasi kontraksi di aplikasi. Ternyaya begitu di cek di aplikasi Kontraksi Nyaman, durasi kontraksi masih 40 detik. Menurut doula ku Niken Syaf, ini masih ringan. Okelah. Berdasarkan birth plan selama pandemi Covid19 ini, kita gamau terlalu cepat ke provider (klinik Tembuni). Jadi ke klinik kalau udah bukaan gede aja untuk meminimalisir durasi kita di klinik dan ketemu banyak orang.
Sore aku makin intens kontraksi tapi ajaibnya masih bisa ditahan. Begitu malam tiba, ada keanehan di meja makan. Aku ga nafsu makan! Mengendus keanehan ini, ibu maksa aku ke Tembuni segera. Belakangan ibu bilang “mana ada Nadia itu gak habis makannya” jadi itu alasan dia maksa aku ke rumah sakit. Wakakak ternyata aku terkenal gragas kalo urusan makan! 🤣
Bener aja sakit kontraksi makin intens pas di mobil. Tiap ada gelombang cinta aku remet tangan ibu sambil oles2 @bytee.official oil yang enak bgt aromanya pas dioles ke leher terus yang kesisa di telapak tangan dihirup.
Tapi aplikasi Kontraksi Nyaman kasih afirmasi “gelombang cinta artinya sebentar lagi aku bertemu bayiku, semakin intens, kepala bayi semakin turun…” plus aku pernah ikut hypnobirthing jadi bisa nahan sakitnya. Alhamdulillah.
3. Lahir di Klinik Tembuni
Sampe di Tembuni langsung cek CTG 30 menit. Rasanya uda ga karuan deh, terus ketubanku pecah.
Ga lama kemudian bidan cek dalam dan “WAH INI UDAH BUKAAN LENGKAP! SINI PAK LIAT KEPALANYA!” Sontak Mas Bisma aku dan Ibu kaget. Ha uda nongol aje tu pala? Dokternya tapi belum datang… Nayolo jadilah nahan ngejan sekitar 15 menit. Sakit? Yaiyalah HEHE. Untung uda dilatih senam kegel jadi ga brojol sebelum dokter dateng. (Googling aja ya senam kegel apaan wk).
Begitu dr. Ridwan dateng, dia sempet aja ngomong “Ibu mau lahiran? Apa mau pup?” Dooookkk buruaaannn wqwqwqqq. Akhirnya aku ngejan dan amazingnya cuma 3 kali aja terus pecah tuh tangisan Ayana oweeeekkk~ total 42 menit semua prosesnya dari tiba di klinik. Alhamdulillah berkat izin Allah proses persalinan bayi pertamaku dilancarkan. Habis itu langsung Inisiasi Menyusui Dini sambil jahit perinium. Jadi kenapa ada jahit menjahit, saat mengejan itu bahu Ayana mendorong dinding vagina, jadi robek deh. Agak sakit sih jahitannya tapi gak kerasa karena ngeliatin manusia kecil bernama Ayana hihi. Abis itu bobo bareng bertiga deh sama Ayana dan Mas Bisma. Proses observasi aku dan Ayana berlangsung selama 3 hari. Total biaya yang kami bayar (sudah termasuk kamar, vaksin, obat untuk aku) adalah sekitar 18 juta rupiah.
Salah satu yang kusuka lahiran di Tembuni adalah suasananya yang homey banget. Lahiran kayak di kamar biasa, ga kayak ruang operasi. Btw kamar deluxe yang kutempatin itu adalah satu2nya kamar kosong. Kebayang gak kalo kamarnya penuh… 😭 bener2 rezeki Ayana nih. Kamar deluxe ini yang paling kecil dan toiletnya di luar. Walau begitu tetap super nyaman sih menurutku.
Buat future moms yang menunggu buah hati, tenang aja ya nunggu kontraksi. Bayi itu kontrak di perut kita sampe 42 minggu. Jadi rutin lah cek kondisi ketuban moms. Kalau baik, insyaaAllah bayi aman di perut moms. Semangat memberdayakan diri. Ajak juga keluargamu untuk mendukungmu lahiran alami. ❤
Contact me for collaboration:
Leave a comment